KORAN MERAPI — Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus mendorong percepatan transformasi digital di sektor layanan publik, khususnya dalam sistem pengelolaan parkir. Melalui penerapan sistem parkir digital berbasis QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), Pemkot menargetkan seluruh 700 titik parkir resmi di Kota Yogyakarta akan terintegrasi secara digital pada pertengahan tahun 2026.
Komitmen ini ditegaskan oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, dalam acara Launching Perluasan 100 Titik Pembayaran QRIS Parkir yang diselenggarakan di Bangsal Mataram Bank Indonesia Perwakilan DIY, Senin (6/10/25).
“Jogja harus bisa menjadi contoh untuk urusan digital parking. Maka kita percepat. Kalau dulu hanya 10 titik, sekarang sudah 100. Akhir Desember targetnya 350 titik, dan pertengahan tahun depan harapan saya sudah 100 persen, karena totalnya ada 700 titik,” tegas Hasto.
Saat ini, tercatat 110 titik parkir telah menggunakan sistem pembayaran digital QRIS, melibatkan sekitar 200 juru parkir (jukir). Setiap titik dilengkapi kode QR yang dapat diakses melalui aplikasi perbankan atau dompet digital. Meski sistem digital diutamakan, layanan tunai tetap disediakan secara terbatas selama masa transisi.
“Kalau QRIS ini kan lewat e-banking, harapannya masyarakat juga punya e-banking. Tapi kalau masih bayar tunai, nanti jukir akan bantu untuk memasukkan ke sistem QRIS. Jadi satu sistem tetap jalan, meskipun masyarakat masih belajar,” jelas Wali Kota.
Sistem ini tidak hanya memberikan kemudahan bagi pengguna layanan parkir, tetapi juga memperkuat aspek efisiensi, transparansi pengelolaan retribusi, serta kecepatan distribusi bagi hasil kepada jukir, yang kini langsung ditransfer ke rekening masing-masing maksimal dalam 24 jam.
“Aturannya tetap seperti biasa, hanya sekarang bagi hasilnya langsung ditransfer ke rekening jukir. Semua yang ikut digital parking sudah punya rekening,” tambah Hasto.
Lebih dari sekadar teknologi, transformasi ini menurut Hasto adalah bagian dari perubahan perilaku dan budaya pelayanan publik di Kota Yogyakarta.
“Mereka ini front office-nya Jogja. Jadi selain sistemnya digital, pelayanannya juga harus excellent. Dengan seragam dan sikap yang baik, akan tumbuh tanggung jawab moral yang lebih tinggi,” ujarnya.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, menambahkan bahwa pihaknya terus melakukan pendampingan terhadap para jukir, khususnya yang sudah lanjut usia, agar dapat beradaptasi dengan sistem digital. Kolaborasi dengan Bank Indonesia juga dilakukan guna menyederhanakan proses transaksi.
“Kita buat sistemnya semudah mungkin, tidak perlu aplikasi yang rumit. Cukup tempel QR, langsung transaksi. Selain itu, kita juga beri pembekalan tentang pelayanan prima dan etika, karena jukir adalah bagian dari wajah Kota Jogja,” terang Agus.
Salah satu jukir di kawasan Jalan Brigjen Katamso, Joko Triono, warga Bausasaran Jogja ini menyambut baik penerapan sistem QRIS ini. “Ya ikut saja, karena sudah sesuai dengan keadaan jaman sekarang ini,” ujarnya.
Dengan kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat, penerapan parkir digital QRIS di Kota Yogyakarta ditargetkan selesai seluruhnya pada pertengahan 2026, menjadikan Jogja sebagai kota percontohan digital dalam pengelolaan layanan publik. (Ags)