KORAN MERAPI – PT Asterra Energy Envirotama memperkuat komitmennya dalam mengatasi persoalan sampah plastik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan menggandeng pengelola Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) melalui sebuah diskusi kemitraan strategis yang digelar di kantor PT Asterra, Jalan Padukuhan 3, Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Kamis pagi (9/10/25).
Acara ini dihadiri oleh 35 peserta, termasuk perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DIY dan para pengelola TPS3R dari berbagai wilayah dari Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul, Bantul dan Kota Yogyakarta. Diagenda tersebut hadir juga jajaran manajemen PT Asterra Energy Envirotama yang terdiri dari Direksi Uyung Pramudiyanto dan Muhammad Rivaldi Akbar, serta Komisaris Rika Darma Setiawan, S.T., M.B.A., yang menyampaikan pentingnya sinergi antara sektor swasta dan komunitas pengelola sampah dalam menjawab tantangan pengelolaan sampah plastik bernilai rendah.
Dalam sesi pemaparan, Uyung Pramudiyanto menjelaskan bahwa Indonesia, termasuk DIY, menghadapi masalah serius dengan sampah plastik bernilai rendah seperti tas kresek, bungkus mie instan, dan styrofoam. Sampah-sampah ini kerap tak terkelola karena sulit dijual kembali, dengan estimasi mencapai 211 ton per hari.
Namun, melalui teknologi pirolisis, PT Asterra menawarkan solusi inovatif dengan mengolah plastik jenis ini menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Teknologi ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi.
“PT Asterra dibentuk dengan latar belakang keprihatinan terhadap persoalan sampah yang semakin mendesak. Kami ingin mengubah sampah menjadi energi kehidupan,” ungkap Uyung Pramudiyanto.
Saat ini, PT Asterra tengah menjajaki kerja sama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku plastik hingga 20 ton per hari yang akan dipasok dari TPS3R mitra di wilayah DIY.
Agenda dilanjutkan dengan diskusi yang berlangsung dinamis, dengan para peserta aktif menyampaikan pengalaman, tantangan teknis, dan harapan mereka. Salah satu peserta, Farid Fakhrudin dari komunitas pengelola sampah Pelastic di Gancahan VI, Sidomulyo, Godean, Sleman, menyambut baik inisiatif ini.
“Saya sangat mendukung kegiatan seperti ini. Pengolahan sampah berbasis masyarakat itu penting, karena dari unsur perosok hingga TPS3R sebenarnya punya peran ekonomi yang besar. Dengan kemitraan ini, akhirnya saya memutuskan langsung bergabung menjadi mitra,” ujarnya.
Farid juga menyoroti tantangan yang dihadapi Jogja selama 30 tahun ke depan, yakni kebutuhan pengelolaan sampah sebanyak 1.200 ton per hari, yang tak mungkin ditangani hanya oleh pemerintah.
Sebagai langkah konkret, acara diakhiri dengan penandatanganan surat kesediaan bermitra antara PT Asterra Energy Envirotama dari sejumlah pengelola TPS3R yang berminat bergabung menjadi mitra. Dokumen ini menjadi komitmen awal bagi TPS3R untuk secara rutin memasok plastik daun bernilai rendah agar dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif.
Melalui kemitraan ini, PT Asterra berharap dapat memperkuat ekosistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat sekaligus mendukung transisi energi bersih di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. (Ags)