KORAN MERAPI- Persawahan Wirogunan, Kampung Mergangsan Kidul RW 23, Kelurahan Wirogunan, Kemantren Mergangsan, Kota Yogyakarta, Selasa (6/8/24) menjadi saksi pelaksanaan “Gelar Upacara Adat Wiwitan Panen” yang diselenggarakan oleh Rintisan Kelurahan Budaya (RKB) Wirogunan.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dan dihadiri dari beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Yogyakarta, Tokoh Seni dan Budaya, Ketua kelembagaan Wirogunan dan Tokoh Masyarakat, termasuk Penjabat (PJ) Walikota Yogyakarta, Sugeng Purwanto.
Upacara Wiwitan Panen adalah tradisi adat yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Jawa, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah hasil panen.
“Manunggaling cipta, rasa, lan karsa” menjadi tema dalam upaya adat wiwitan panen tersebut. Tema ini menggambarkan harmoni antara pikiran, perasaan, dan kehendak dalam menjalani kehidupan. Tradisi ini mengajarkan pentingnya bekerja dengan sepenuh hati dan kesadaran, serta menghargai dan mensyukuri apa yang telah diberikan oleh alam dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pargiyat, Mantri Pamong Praja (MPP) Mergangsan menyambut baik gelaran acara yang ini. Pemerintah wilayah Kemantren Mergangsan untuk memberikan pendampingan sesuai dengan kewenangan yang ada, dengan berkoordinasi dan bekerja sama dengan OPD yang ada.
“Ini momentum awal kami untuk mengintegrasikan, dan membangun kembali, karena di dua kelurahan (Brontokusuman dan Keparakan) sudah lebih dulu lahir, baik kampung wisata, RKB maupun Pokdarwis”, ujar Pargiyat.
Sementara PJ Walikota Yogyakarta, Sugeng Purwanto, dalam sambutannya mengapresiasi pelaksanaan upacara adat ini sebagai wujud nyata pelestarian budaya lokal. “Wiwitan Panen adalah simbol kearifan lokal yang harus kita jaga dan lestarikan. Melalui kegiatan ini, kita tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga mempererat kebersamaan antarwarga,” ungkap Sugeng.
“Ini menjadi pengkayaan bagi nuansa religi dalam tanda kutip positif, yang Allah SWT. dan alam yang luar biasa yang harus kita lestarikan”, ujar Pj. Walikota dalam sambutannya di hadapan lebih dari 150 orang tamu undangan.
Alhamdulillah, lanjut Sugeng, di wilayah Wirogunan masih ada sawah sekitar 3,8 hektar dan masih dilestarikan untuk mendorong budidaya pertanian, dan ini menjadi bagian dari ketahanan pangan.
“Kalau bisa, kami berharap kepada keluarga besar Bapak Sis Prianto Widodo, putra Jenderal Widodo yang memiliki lahan ini, agar lahan ini dilestarikan untuk ketahanan pagan, juga untuk melestarikan wiwitan kebudayaan, dan mengangkat kepariwisataan. Jangan sampai anak-anak kita bertanya tentang “pohon beras itu seperti apa?”. Ini harus kita kondisikan untuk pelestarian pangan” jelas Sugeng.
Upacara adat Wiwitan Panen diawali dengan prosesi doa bersama, diikuti dengan pemotongan tumpeng dan dilanjutkan pemotongan padi, sebagai tanda dimulainya masa panen. Pemotongan panen padi dilakukan oleh PJ. Walikota Yogyakarta, diikuti Forkompimtren Mergangsan (Mantri Pamong Praja/MPP, Kapolsek, Danramil, dan Kepala Puskesmas), Kepala Dinas Kebudayaan, Dinas Pertanian dan Pangan, serta Balai Pelestarian Kebudayaan DIY. Juga akan ikut serta panen padi dari Badan Otorita Borobudur Kota Yogyakarta.
Selain ritual adat, rangkaian acara Wiwitan Panen di Wirogunan juga diramaikan dengan berbagai pertunjukan seni tradisional, antara lain mucapat dan kolaborasi karasitan dari paguyuban mocopat project Nyutran, gejok lesung dari nyutro budaya Nyutran, dan tari kreasi dari sanggar tari Nyawiji Surokarsan.
Nasiyar, salah satu tokoh masyarakat yang turut serta dalam upacara tersebut, mengungkapkan rasa bangganya. “Saya sangat senang bisa terlibat dalam upacara ini. Ini adalah cara kami untuk menghormati dan melestarikan warisan budaya nenek moyang kami. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut,” ujarnya dengan antusias.
Dengan suksesnya Gelar Upacara Adat Wiwitan Panen ini, diharapkan RKB Wirogunan dapat menjaga dan mengembangkan warisan budaya lokal. Gelar upacara adat ini dapat digelar kembali di tahun yang akan datang, dengan lebih baik dan khidmat.
Upacara Wiwitan Panen kali ini bukan hanya sebagai wujud syukur, tetapi juga sebagai ajang edukasi dan budaya yang sarat makna, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tradisi dan kebudayaan di tengah modernisasi yang kian pesat. (***)