KORAN MERAPI – Agenda pariwisata di Bantul sangat banyak dan bervariasi, kreatif dan produktif. Salah satu agenda kali ini, Dinas Pariwisata (Dinpar) Bantul menggelar acara pengenalan Grand Design Bantul Bumi Mataram di Pendopo Lereng Sentono, Gunung Kelir, Pleret, Bantul, Yogyakarta pada Rabu (12/2/2025) yang dihadiri oleh 60 orang anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Cabang Bantul dan tamu undangan, dan juga menghadirkan narasumber penting untuk memberikan wawasan lebih mendalam mengenai strategi pengembangan pariwisata di Bantul.
Agenda kali ini menghadirkan dan pemaparan dari GKR Bendara, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY, yang membahas mengenai rebranding Bantul dengan tema “The Origin of Mataram”. Dalam paparan tersebut, GKR Bendara menekankan pentingnya penguatan paket wisata melalui pembuatan paket wisata yang lebih interaktif dan berbasis narasi lengkap. Salah satu contoh yang diberikan adalah mengajak wisatawan untuk menelusuri Desa Pleret untuk menggali sejarah awal Mataram, dilanjutkan dengan pengalaman budaya berupa berganti pakaian masyarakat Jawa dan belajar membuat karya seni dengan teknik menatah kulit.
“Rebranding Bantul of the Legend of Mataram ini juga melibatkan berbagai aspek penting, seperti persiapan SDM untuk penyamaan sejarah dan narasi cerita, pelatihan penanganan difabel, penanganan sampah, serta pelatihan hospitality dan manajemen bencana. Kami juga memperhatikan ketertiban administrasi dan legalitas masyarakat,” tambah GKR Bendara.
Narasumber selanjutnya menghadirkan Dr. Ike Janita Dewi, Ph.D., dari Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang memaparkan mengenai Grand Design Cikal Bakal Mataram. Ia menyampaikan bahwa kunci sukses pengembangan brand terletak pada proses internalisasi brand oleh pemangku kepentingan di Bantul. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program sosialisasi dan implementasi brand, antara lain sebagai bagian dari kurikulum pendidikan, kunjungan wajib ke situs sejarah Kerajaan Mataram Islam, serta pelestarian kesenian dan budaya Yogyakarta.
“Kesuksesan brand ini bukan hanya bergantung pada pencitraan, tetapi pada pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai budaya yang ada di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bantul,” ujar Dr. Ike.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Saryadi, S.IP.M.Si., dalam sambutannya mengingatkan pentingnya peran pariwisata dalam menciptakan citra positif daerah. “Teman-teman insan pariwisata juga memiliki peran dalam menciptakan image yang baik untuk wisatawan, yang pada gilirannya akan menjadi daya tarik bagi pariwisata di Bantul. Bukan hanya wisata alam, tetapi juga wisata budaya, sejarah, dan adat kebiasaan masyarakat,” ungkapnya.
Acara dilanjutkan dengan diskusi antara peserta dan anggota Komisi B DPRD DIY, Andriana Wulandari SE dan Edi Prabowo SE, serta jajaran Dinas Pariwisata Bantul. Diskusi ini membahas peran serta kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku pariwisata dalam mengembangkan potensi wisata di Bantul.
Sebelum acara dimulai, sejumlah 40 anggota HPI Bantul mengikuti kegiatan outbound yang bertujuan untuk mempererat hubungan antar peserta dan meningkatkan pengetahuan mengenai budaya Mataram. Ketua HPI Cabang Bantul, Dony Agus Saputro, mengungkapkan bahwa outbound ini menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya Mataram secara lebih menyeluruh dan menyenangkan.
Agenda “The Origin of Mataram” ini berjalan lancar dan sukses yang didukung oleh berbagai mitra, antara lain Bakpia Jogkem, Indonesia Tour, Grosir Batik Jawon, Sate Pak Pong, Batik Benang Ratu, HS Silver, Kopi Luwak Mataram, dan Ansor’s Silver, yang turut memeriahkan acara dan memberikan dukungan dalam pengembangan pariwisata di Bantul.
Dengan acara ini, Dinpar Bantul berharap dapat mendorong terciptanya paket wisata yang lebih menarik dan memperkuat posisi Bantul sebagai destinasi wisata budaya yang kaya akan sejarah dan tradisi. (Ags)