KORAN MERAPI – Pada Jumat petang Surtini (bukan nama sebenarnya) tampak gelisah, karena suaminya belum juga sampai rumah, padahal biasanya pukul lima sore sudah tiba. Suaminya bekerja di Purwokerta dan setiap jumat pulang ke Yogya baru senin pagi ia berangkat kembali bekerja.
Kerinduan itu layak, karena Surtini merupakan pasangan yang baru tiga bulan meresmikan pernikahan, dan mereka menempati rumah yang juga baru tiga bulan pula ditempati berdua.
Rumah itu hanya ditinggali hari Jumat sampai Minggu, ketika suaminya pulang, selebihnya Surtini tinggal bersama mertuanya.
“Kok belum juga pulang,” gumannya sambil duduk di meja makan, dihadapanya ada dua gelas teh, sepiring gorengan dan nasi serta sayur, tak disentuh sama sekali. Tampaknya tak ada gairah untuk minum serta makan, sebelum suami tercintanya datang.
Tak berapa lama, tiba-tiba bertiup angin kencang, mengirin hujan deras, dan ‘pet! Lampu listrik padam. Surtini rada gugup, karena memang tak ada persediaan senter, lilin atau penerangan lain, yang ada cuma hape, itu pun tak berani menghidupkan terlalu lama, takut battery habis, dan tak bisa menerima telpon, karena beberapa kontak suaminya tak terbalaskan.
Pelan-pelan Surtini masuk kamar, “Hem, kok belum datang juga, apa karena hujan berteduh, ya?“ kembali pikirnya.
“Klek, greeek,” suara pintu dibukak, Surtini pura-pura tidur dengan menyelimuti diri. Pintu memang sengaja tidak dikuncinya.
“Hehem, hehem…,” terdengar suara lelaki berdehem.
“Benar. Itu suara Mas Tarjo (bukan nama sebenarnya),” Sertini sangat hafal dengan perangai suaminya. Dan Surtini semakin merapatkan selimutnya.
Tak beberapa saat terdengar suara pintu, dan, “Uf.., ufh,….uh,…..,” lenguh Surtini seperti ada yang menindih, dan menurutnya adalah suaminya, “Mas…, mas, ganti baju dan mandi dulu,” sambil berusaha melepaskan diri dalam gelap. ”Mas, uffff, susah napas nih aku.”
Dan ketika tangan Surtini berhasil lepas dari selimut, serta dapat menggamit tangan yang dikira suaminya, “Hiiiii,” Surtini mengkirig, “Tangan suamiku dingin dan berbulu lebat?” Kemudian meronta sekuat tenaga.
“Enyah kamu!” sambil teriaknya. Dan bersama dengan itu pun listrik PLN menyala, Tak ada siapa-siapa, hanya bantal, guling dan selimut tempat tidur berserakan.
Berulangkali Surtini menyebut asma Allah. Tak lama ketika suaminya datang, ia ceritakan kejadianya, dan berjanji tak akan meninggalkan istrinya seorang diri. (Umi Lestari/Jbo)