KORAN MERAPI – Fenomena Upwelling membuat petani Karamba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cengklik Boyolali merugi lebih dari Rp 1 miliar. Akibat fenomena tersebut 31 ton ikan mati mendadak.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Nurul Nugroho mengatakan fenomena Upwelling mengakibatkan Puluhan ton ikan milik petani keramba di Waduk Cengklik, Boyolali mati. Banyaknya ikan di keramba yang mati diakibatkan fenomena upwelling, dampak cuaca buruk pada hari Sabtu (9/3/2024).
“Hal tersebut mengakibatkan fenomena upwelling atau naiknya massa air dari dasar waduk ke permukaan dengan membawa bahan beracun sisa pakan,” kata Nurul, Selasa (12/3/2024).
Ia menjelaskan pada Minggu (10/3) dilaporkan 80 persen ikan di karamba jaring apung Waduk Cengklik Boyolali mati akibat fenomena upwelling. Laporan terus berlanjut sampai malam dan pada Selasa juga kematian ikan masih terus dilaporkan.
Kelompok Sumber Rejeki Sobokerto dengan total anggota 37 orang melaporkan kematian ikan sebanyak 14 ton. Lalu Kelompok Tirto Panguripan melaporkan sekitar 10 ton milik 21 anggotanya mati.
Kelompok Ngudi Makmur Desa Ngargorejo juga melaporkan ada 7 ton ikan yang mati akibat fenomena upwelling di Waduk Cengklik. “Total 31 ton ikan mati dengan kerugian sekitar Rp 890 juta,” kata dia.
Petani pun diperkirakan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Pasalnya, ikan-ikan yang mati karena upwelling ini, menurut Nurul, merupakan usia siap panen.
Lebih lanjut Nurul mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan inventarisasi dan terus menggelar monitoring. Pihaknya menganjurkan ke petani, kalau bisa petak keramba untuk digeser dulu ke tempat yang lebih aman dari upwelling.
Tindak lanjut akibat kejadian upwelling tersebut yaitu pengurangan pemberian pakan ikan sampai kondisi dan cuaca perairan membaik. “Evakuasi ikan yang mati dari air dilanjutkan dengan penguburan, sebagian diberikan ke ikan lele,” ungkapnya.(Mul)