KORAN MERAPI – Dampak dari adanya kemarau panjang, ditambah dengan perbaikan Selokan Mataram beberapa waktu lalu, wilayah Kabupaten Sleman mengalami mundur waktu tanam padi.
Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Suparmono menyebut, seharusnya pada Oktober-Desember 2023 lalu wilayahnya sudah memasuki masa tanam dengan luasan lahan 10.000 hektare.
Namun dikarenakan hal tersebut, petani memulai tanam padi pada Januari dan Februari 2024. Menurutnya, daerah yang paling terdampak ialah Sleman bagian barat. Sedangkan Sleman bagian timur dan tengah masih terbantu aliran irigasi.
“Yang terkena dampak paling parah Sleman barat karena pukulannya dua hal itu. Itu menyebabkan korosi tanahnya besar. Turun hujan waktu awal-awal belum bisa ditanami karena airnya masih terserap ke bawah. Sleman tengah dan timur hujan sebentar masih bisa (tanam),” terang Suparmono, Rabu (20/3/2024).
Meski demikian, menurut Suparmono jumlah panen selama Januari hingga April bisa memenuhi kebutuhan pangan warga Sleman. Bahkan surplus.
Berdasarkan perhitungannya, pada periode tersebut total panennya seluas lebih dari 12.600 hektar. Atau jika dikonversikan menjadi beras yaitu sebanyak 25.553 ton. Sedangkan untuk kebutuhan pangan warga Sleman dengan total populasi kurang lebih 1,1 juta jiwa ditambah dengan mahasiswa yakni sekitar 210 ton perhari atau 6.300 ton perbulan.
“Panen di bulan Januari 664 hektare, Februari 1.028 hektare, dan Maret targetnya 6.888 hektare. Kebanyakan panen raya di Sleman bagian timur seperti Berbah, Prambanan, Kalasan, dan Ngemplak,” paparnya. “Target panen Januari sampai April segitu pasti surplus. Tetapi tidak bisa merata di seluruh Sleman,” sambungnya.
Ia menambahkan, agar tidak terjadi keterlambatan panen lagi harus ada kebijakan tentang perbaikan selokan agar tidak dilakukan saat musim kemarau.
Sebab di daerah tertentu saat musim kemarau sumber pengairan pertanian hanya dari selokan. Menurutnya pula dibandingkan harus mundur panen 2-3 bulan, lebih baik kebijakan soal perbaikan selokan itu ada perubahan.
“Sleman barat pasti kasihan, karena sumber airnya hanya dari selokan. Karena sifat tanahnya seperti itu, kami bantu sumur dangkal pasti tidak jadi,” katanya.
“Saya kemarin diskusi dengan Kepala Dinas Pertanian Provinsi, mbok kalau ndandani boleh tapi pas musim penghujan. Pasti lebih mahal sedikit nggak papa, dibandingkan rakyat sampai mundur 2-3 bulan,” imbuhnya. (C-12)