KORAN MERAPI – Kabut mulai turun ke lereng Gunung Sindoro ketika sekitar 60 bhikkhu mengambil air suci di mata air Umbul Jumprit di Desa Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo Temanggung.
Prosesi pengambilan air suci Waisak Rabu (22/5/2024) siang itu secara bergelombang. Masing-masing gelombang 12 bhikkhu. Air suci diambil menggunakan siwur untuk dimasukkan ke dalam kendi.
Air selanjutnya didoakan guna mendapatkan berkah dan dibawa ke candi Mendut, untuk disemayamkan dan esuk harinya dikirab bersama api abadi untuk persembahyangan di Candi Borobudur pada detik-detik Waisan 2568 BE / 2024.
Bhante (Biksu) Yutthana Mahathera mengatakan air penting bagi setiap manusia termasuk binatang. Apalagi air jumprit yang sakral dan berkah dibawa ke candi Borobudur untuk doa sembahyang.
“Penting air untuk dunia, kita kalau tanpa air tidak bisa hidup manusia dan makhluk didunia ini tanpa air tidak ada hidup,” kata dia.
Bhante dari negeri gajah putih itu mengemukakan kegembiraanya dapat turut mengambil air berkah dan melihat para umat, masyarakat lingkungan umbul Jumprit yang juga mendapat berkah.
“Apalagi bisa mengambil air untuk diminum maka akan tambah berkah, bahagia. Mereka juga turut berbahagia,” kata dia.
Wakil Ketua Biksu Bhante Phra Wichai mengatakan tidak ada kehidupan tanpa air, di tubuh manusia pun 70 persen terdiri dari air. Karena sangat bermanfaat untuk setiap orang maka air harus dijaga.
“Umbul Jumprit ini juga harus dijaga untuk selamanya, agar airnya terus bermanfaat,” kata dia.
Ketua II DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono mengatakan 14 majelis ikut dalam pengambilan air suci Waisak 2568 BE / 2024 di Umbul Jumprit.
“Pengambilan air suci oleh bhikkhu sebanyak 22 kendi. Air dibawa ke Candi Mendut untuk di semayamkan yang nantinya bersama-sama sama dengan api abadi dikirap ke Borobudur,” kata dia.
Dia berharap air suci Waisak akan membawa berkah untuk semua makhluk.
Direktur Urusan Agama Buddha Kementerian Agama Nyoman Suriadarma mengatakan bersama hari ini dalam kondisi sehat menghadiri pengambilan air suci di Umbul Jumprit dan dibawa ke Candi Mendut untuk disemayamkan dan disakralkan.
“Kalau kita lihat secara esensi sesungguhnya dari air itu adalah sesuatu yang sangat jernih , bening, karena kebeningan air itulah memberikan internalisasi diri kita penyadaran pada diri kita bagaimana ketika menghadapi waisak dan kehidupan sehari-hari kita mampu selalu pikirannya jernih. Hal-hal yang menjadi beban dalam kehidupan kita tinggalkan agar pikiran dan hati kita jernih,” katanya.
Menurut dia air juga melambangkan suatu untuk kerendahan hati , karena air itu mengalir mengikuti jalan dan lembah ke mana pun mengalir air itu, ada kerendahan hati ada di situ.
“Oleh karena itu hari ini kita bersama-sama dengan pikiran kita yang jernih dengan semangat yang tidak pernah kurang setiap tahun berada bersama-bersama di tempat ini untuk mengambil air suci ini,” katanya. (Osy)