KORAN MERAPI – Agenda Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Peran Museum dalam Pendidikan, Penelitian dan Pembangunan Karakter, tempat ajang dan berbagi ilmu tetang museun dari Guru Besar Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Ir Wiendu Nuryanti M Arch Ph D.
Gelaran ini diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) yang bekerja sama dengan Komunitas Jelajah, Rabu (10/7/24) di Balai Shinta Kompleks Gedung Mandala Bhakti Wanitatama Yogyakarta.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2011-2014 ini mengajak hadirin untuk diskusi dan membuka wawasan dan pemikirannya.
“Selama ini museum masih dianggap jadul (jaman dulu), tempat yang remang remang dan kurang nyaman. Semua bisa berubah dan menjadi tempat transformasi lintas generasi yang modern,” jelasnya.
Kepada para pewarta di sela-sela diskusi, Prof Wiendu mengatakan sudah selayaknya musuem dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. “Kalau wi-fi lemot Anda tidak bisa terkoneksi. Museum harus membuka diri, dan berbenah” ucapnya.
Ia sepakat, museum memiliki peran penting memerangi hal yang negatif, yang bisa merusak karakter bangsa, seperti mental menempuh jalan pintas.
Merujuk tema yang disampaikannya di hadapan ratusan peserta dari berbagai daerah mengenai Peran Museum dan Budaya dalam Pembentukan Karakter.
Selanjutnya, Prof Wiendu mengemukakan upaya pembentukan generasi penerus bangsa semestinya tidak hanya fokus pada kepandaian.
“Mencerdaskan bangsa tidak cukup hanya menjadi generasi yang cerdas dan pandai tetapi juga harus berkarakter. Museum adalah tempat membentuk karakter. Karakter itu bisa sangat sederhana, apa yang ada di sekitar kita,” katanya
Prof Wiendu teringat, pagi sebelum berangkat ke Gedung Mandala Bhakti Wanitatama dirinya sempat membuka handpone dan membaca informasi mengenai sosok pendiri perusahaan Microsoft Corporation, Bill Gates.
Menurut Prof Wiendu, Bill Gates bisa menjadi seperti itu sebab pada masih kecilnya dibawa oleh ayahnya ke museum. Dari museum itu pula dia memperoleh inspirasi yang tidak terbatas sampai saat ini.
Prof Wiendu mengharapkan akan keberadaan museum di Indonesia serta di Yogyakarta harus mampu menjadi inspirator sekaligus mampu melemparkan inspirasi yang jauh ke depan.
Maknanya, keberadaan musuem tidak boleh diangap sepele karena terbukti memiliki peran penting sebagai media transformasi, tidak harus melalui doktrin atau hafalan melainkan dengan kreativitas.
Pertanyaannya adalah, lanjut dia, bagaimana generasi muda bangsa ini memiliki harapan terhadap museum? Inilah tantangan bagi pengelola musuem supaya menarik minat generasi muda datang berkunjung.
Sependapat, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Prof Dr Warsito S Si DEA Ph D maupun Penasihat Indonesia Museum Awards (IMA) Prof Dr Ir Dwi Suryo Indroyono Soesilo MSc PhD mengatakan, peran museum tidak hanya sebatas pada kunjungan saja tetapi juga sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan karakter.
Begitu pentingnya peran itu, Dwi Suryo Indroyono Soesilo secara lebih detail mengungkapkan, di negara-negara maju warganya dilarang berkunjung (berwisata) ke tempat lain sebelum melakukan kunjungan ke museum di tempatnya.
Banyak contoh keberadan museum di luar negeri menjadi tujuan utama berwisata, salah satunya di Prancis di mana ada salah satu museum di sana tingkat kunjungannya mencapai 10 juta orang.
Menurut Prof Indroyono, rata-rata dewan penyantun museum di negara-negara maju adalah tokoh-tokoh besar.
“Kalau tokoh-tokoh diminta menjadi dewan penyantun musuem pasti mau. Pengelola museum pasti siap menerima,” katanya.
Tidak salah apagila kebijakan seperti itu diberlakukan di Indonesia dalam rangka memberi nilai tambah bagi generasi muda untuk mencintai daerahnya, bangsa dan negara. Kebijakan itu sudah dirintis oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) lewat bupati/walikota se-Indonesia.
Politisi sekaligus Pemerhati Museum, Dr Fadli Zon SS M Sc, saat menjadi Keynote Speaker kegiatan itu juga menyadari pentingnya keberadaan musuem di Indonesia sebagai alat diplomasi internasional. “Museum bukan sekadar tempat menyimpan barang (koleksi),” ungkapnya. (Ags)