KORAN MERAPI – Jutaan pohon hutan terhampar di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam Kalimantan Selatan (Kalsel) yang memiliki luasan hingga 113 ribu hektar. Berbagai jenis pohon seperti karet, ulin, rawali, rawa-rawa, tretetan, pungur, surian, tulang ular, serai putih, serai punden, beringin hingga benuang laki yang memiliki tinggi 50 meter, diameter 2,25 meter dan berusia lebih dari 70 tahun masuk dalam tahura yang juga merupakan bagian dari kawasan Geopark Meratus ini.
Terawat dan berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya hingga saat ini, tak lepas dari peranan masyarakat setempat. Salah satunya Belangian Desa Wisata Kahung Geopark Meratus dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel yang secara bersama-sama turut serta menjaga dan melestarikan hutan alam sekitar.
Termasuk di antaranya menghadirkan masyarakat peduli api (mpa) yang bertugas dalam menjaga lahan dan hutan dari bencana kebakaran setiap harinya. Saat memasuki musim kemarau, secara bergiliran warga memantau dan mengawasi sekitar 24 ribu hektar lahan yang berada di lingkup desa tersebut. Bahkan masing-masing warga juga diberikan tanggung jawab untuk memelihara dan mengembangkan jenis-jenis tanaman tertentu.
‘Di desa kami ada 350 jiwa dengan 105 KK di dalamnya, sebagian besar merupakan petani kebun seperti lombok, kacang, dan padi, serta peternak sapi dan kerbau. Di sini warga juga diberikan tanggung jawab untuk menanam tanaman tertentu, selain juga membentuk mpa,” ujar Kepala Desa Belangian Aunul Khoir pada Rabu (21/8).
Salah satu warga Desa Belangian, Yosi Rizal, 60 tahun, mengaku selama dirinya berada di Desa Belangian belum pernah ada kasus seperti penjarahan hutan. Sebab di desa tersebut, warga bersama-sama saling menjaga hutan sekitar.
Bahkan dirinya dan keluarga diberikan kesempatan untuk mengelola tanaman karet seluas dua hektar oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahura Sultan Adam Dinas Kehutanan Pemprov Kalsel. Dari mata pencaharian tersebut, pria yang juga menjabat sebagai Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) setempat ini dapat menghidupi kebutuhan keluarga sehari-harinya, bahkan mampu menyekolahkan dua anaknya hingga jenjang sarjana.
Seksi Perlindungan Hutan UPT Tahura Sultan Adam Dinas Kehutanan Pemprov Kalsel Bambang Susilo menjelaskan, pihaknya memberikan kesempatan kepada masyarakat dan perusahaan-perusahaan tambang untuk mengelola lahan dan melakukan rehabilitasi daerah aliran sungai (rehab das) dalam upayanya mengembalikan hutan hujan tropis pada fungsinya, juga menjaga habitat fauna yang ada. Seperti babi hutan, rusa, kijang, beruang madu, macan, ular, hingga berbagai jenis burung seperti burung aruwei.
Di samping itu juga turut mengembangkan wisata yang saat ini dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Masyarakat dapat mengakses wisata Tahura Sultan Adam tersebut melalui jalur air dengan menggunakan kapal klothok lewat Dermaga Bukit Batu ke Desa Belangian, Kecamatan Araneo, Kabupaten Banjar, atau jalur darat Desa Kiram, Kecamatan Karanghitam, Kabupaten Banjar.
Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Belangian Periode November 2013 – Juli 2024 Hasriyani terutama dalam pengembangan wisata desa setempat. Di antaranya dengan mengusulkan beberapa hal seperti membuat jalur giring sungai, selter, wisata arung jeram, kunjungan pohon besar, hingga melihat fauna-fauna, bukit dan air terjun yang terdapat di desanya. Tidak ketinggalan juga wisata sasirangan yang menghadirkan batik sasirangan dengan ecoprint.
“Pokdarwis berencana buat sesuatu yang lebih menarik seperti dalam hal pelayanan dan menyajikan wisata murah seharga Rp. 100 ribu dengan menginap di homestay dan sejumlah fasilitas seperti makan, hingga kipas angin. Harapannya bisa dikunjungi banyak wisatawan,” imbuh Hasriyani.
Kategori Karya Tulis Porwanas XIV 2024 Kalimantan Selatan
Nama : Siti Estuningsih
Kontingen : Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)