KORAN MERAPI – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY mengadakan World Heritage Management Workshop di Situs Warisan Dunia Borobudur di Pondok Pingal Borobudur Jawa Tengah, Selasa-Kamis (14-16/5/24) yang diikuti 25 peserta.
Pembukaan Workshop dibuka oleh Drs Ariyanto Hendro Suprantoro, Kepala Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi Dinas Kebudayaan DIY. Dalam sambutannya, mengatakan bahwa workshop ini diadakan di Situs Warisan Dunia Borobudur, yaitu untuk proses pembelajaran bagi peserta. Hal ini karena Borobudur merupakan situs warisan dunia.
Hal ini untuk pembelajaran bersama bagi pengelolaan Sumbu Filosofi Jogja. “Sumbu Filosofi ini merupakan pusat peradaban dan warisan kraton yang perlu dilestarikan, agar kepentingan pariwisata, ekonomi dan lain-lain, jika ada permasalahan bisa dirembug bareng-bareng, karena ini mengatur manusia, ekonomi dan lingkungan,”ujarnya.
Selanjutnya, workshop di hari pertama dari siang sampai sore ada 4 (empat) narasumber. Pembicara pertama yaitu Wiwit Kasiyati SS MA, dari Museum dan Cagar Budaya Warisan Dunia Borobudur. Materinya yaitu Borobudur sebagai Situs Warisan Budaya, OUV Warisan Dubia Borobudur dan Atribut Warisan Dunia Borobudur.
Narasumber kedua Fr. Dian Ekarini SSi MA, juga dari Museum dan Cagar Budaya Warisan Dunia Borobudur. Memberikan materi tentang kegembiraan pengelolaan Warisan Dunia Borobudur, teknis pengelolaan Warisan Dunia Borobudur dan isu permasalahan dan tantangan pelestarian.
Dilanjutkan narasumber ketiga yaitu Rizky Fradhyan dari UNESCO Office Jakarta, yang menyampaikan materi pengelolaan warisan dunia sesuai dengan operational Guidelines 2023, Studi kasus warisan dunia yang termasuk dalam List of World Heritage in Danger, dan studi kasus Delisted World Heritage Sites.
Sedangkan narasumber ke 4 adalah Anton Wibisono dari Kemendikbudristek RI (Dit Perlindungan Kebudayaan), memberikan materi pengelolaan Situs Warisan Dunia di Indonesia dan management plan.
Kesempatan ini juga, salah satu peserta yaitu Wirayatno, Pengolah data dan Informasi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Dengan adanya workshop ini, point penting yang saya dapatkan adalah, bagaimana kita bisa mendapatkan pembelajaran tentang pengelolaan warisan dunia yang berkelanjutan.
“Dimana yang mampu bertahan 30 tahun lebih di situs warisan dunia borobudur, yang beberapa point pembelajaran tersebut memungkinkan juga di terapkan di kawasan sumbu filosofis, sehingga bisa sebagai bahan merumuskan strategi dan kebijakan, maupun untuk penerapan pariwisata yang berkelanjutan di Yogyakarta,”katanya.
“Selain itu juga pentingnya membangun kolaborasi bersama, menjaga dari benturan kepentingan dan memunculkan rasa/sence “handarbeni” bagi semua pihak,”pungkas Wira.
Workshop ini didukung penuh dengan Dana Keistimewaan, dan dilaksanakan dengan pemaparan materi dari narasumber serta dilanjutkan dengan diskusi-diskusi. (Ags)