KORAN MERAPI – Setelah mengunjungi Warisan Dunia Candi Borobudur, peserta World Heritage Management Workshop langsung ke lokasi pelaku UMKM destinasi pengolahan Gula Jawa yang dikomandani Agus Prayitna di Karangrejo.
Setelah itu, lanjut rombongan menaiki 10 dokar ke Balkondes, Balai Ekonomi Desa, Rabu (15/5/24) di Karangrejo Borobudur Magelang Jawa Tengah.
Di Balkondes dengan lokasi di resto langsung menikmati makan siang dengan menu khas sayur lodeh dengan lauk pauknya dan disambut Kepala Desa Karangrejo. Kemudian itu, siang harinya lanjut diskusi dengan Kepala Desa Karangrejo, Borubudur, Magelang dialah Muhammad Hely Rofikun di Pondok Tingal Borobudur Magelang Jawa Tengah.
Hely Rofikun menceritakan, sebelum Balkondes Karangrejo ada pada awal 2017, warganya banyak yang utama pendapatannya dari sawah dan jualan asongan di sekitar Candi Borobudor. Hanya sedikit yang berprofesi sebagai guide dan bekerja di Candi Borobudur.
Dengan berjalannya waktu, Kades ini memiliki gagasan mendirikan Balkondes sebagaimana yang dibuat oleh desa tetangga yang tak jauh dari Candi Borobudur.
Untuk mewujudkan gagasannya tersebut, ini pun merelakan tanah bengkoknya dijadikan lokasi pembangunan Balkondes.
Dengan sukarela, pria yang pernah menjadi guide di Candi Borobudur ini tak menggarap sawah bengkoknya yang selama ini menjadi sumber pendapatannya sebagai kepala desa.
“Setelah proposal kami disetujui oleh salah satu perusahaan BUMN (PT PGN Tbk.) yang akan membuatkan Balkondes, saya sampaikan kepada warga dan perangkat, tidak perlu menyewa. Saya rela ini dijadikan percontohan,” terang Rofikun.
Bangunan Balkondes Karangrejo pun berdiri. Rofikun menyiapkan manajemen yang bertugas mengelola Balkondes tersebut yaitu BUMDes. Dengan adanya BUMDes, pengelola akan lebih leluasa mandiri mengembangkan inovasi layanan yang ada di Balkondes Karangrejo. “Di Balkondes ini ada resto dengan beragam aneka kuliner. Makanan dan minuman,” tambah Rofikun.
Agar efek domino Balkondes cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar, Rofikun mewajibkan kepada manajemen BUMDes untuk memberdayakan warga sekitar. “Jadi, 90 persen yang bekerja di sini warga Desa Karangrejo,” papar Rofikun.
Selain Balkondes dan homestay, Desa Karangrejo memiliki restoran dan kafe berkelas dengan konsep modern, Truntum Gasblock. Hanya, restoran dan kafe yang menyajikan makanan Eropa ini dikelola oleh swasta yang berkerjasama dengan BUMDes Karangrejo.
“Tanah yang digunakan Truntum Gasblock itu tanah bengkok. Konsepnya kerjasama,” jelasnya. Meski swasta, para pekerja yang ada di Truntum Gasblock kebanyakan warga setempat. Selain itu, Desa Karangrejo memiliki objek wisata perbukitan yang dinamai Punthuk Setumbu.
“Punthuk Setumbu jadi lokasi favorit para pelancong. Karena, di tempat ini kita bisa melihat Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Candi Borobudur terutama saat pagi dan sore hari,” ujar Rofikun.
Selain itu, untuk mendongkrak kunjungan wisatawan, pihaknya pernah menyelenggarakan kegiatan pentas musik yaitu BalkonJazz. Kali pertama menyelenggarakan BalkonJazz animo pencinta musik jazz sangat tinggi. Tak hanya dari Jawa Tengah, ada banyak pengunjung dari luar Jawa Tengah.
“Saat acara BalkonJazz, homestay di Desa Karangrejo dan desa lain penuh. Warga mendapatkan berkahnya. Ada yang jual oleh-oleh, makanan, kaos, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Untuk mengoptimalkan kunjungan wisatawan, Rofikun terbuka bagi siapa saja yang ingin menyelenggarakan kegiatan di Desa Karangrejo. Untuk mendukung keberadaan Balkondes Karangrejo dan homestay, pihaknya telah membuat venue dan lapangan parkir kendaraan roda empat dan dua yang sangat memadai. Akses jalan menuju Balkondes dan homestay juga tergolong layak karena sudah diaspal halus.
“Kami terbuka bagi siapa saja yang ingin menyelenggarakan agenda, kegiatan di Balkondes Karangrejo, kami akan support. Homestay yang dimiliki warga juga bisa ditempati untuk menginap,” jelasnya.
Ditanya soal kunci sukses mengembangkan Balkondes Karangrejo, Hely Rofikun menyebut dukungan warga menjadi kunci. “Kekompakan mereka menjadi energi positif mengembangkan fasilitas wisata menarik pendatang dan dampaknya mendongkrak ekonomi masyarakat,” pungkas Hely Rofikun. (Ags)