KORAN MERAPI – Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan, lebih baik dari seribu bulan. Di malam ini, Allah SWT menurunkan rahmat dan ampunan-Nya kepada hamba-hamba yang beriman dan beramal saleh. Malam ini sangat penting bagi umat Islam karena pada malam ini diturunkan Al-Quran yang menjadi petunjuk bagi umat manusia.
Dalam ajaran Islam, malam Lailatul Qadar menjadi fenomena yang dihadirkan dengan keanggunan misterius dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Ayat-ayat yang berkaitan dengannya, seperti yang terdapat pada Surat al-Qadar, yang artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al Qadr: 1-5). Ini mengisyaratkan akan keagungan dan kemualiaan malam tersebut. Sebuah kehormatan yang tak terbantahkan bagi umat Islam.
Malam Qadar sebagai tamu agung, hanya mengumpulkan jiwa-jiwa yang suci, yaitu mereka yang telah mempersiapkan berbagai ibadah selama bulan Ramadhan, guna mempersiapkan hati dan jiwanya menyambut kedatangannya. Lailatul Qadr tidak menjangkau semua orang, namun menjangkau mereka yang telah mempersiapkan hati dan jiwanya untuk menerima pantulan cahaya ilahi.
Hanya saja, kepastian kapan malam agung ini terjadi, belum ada yang bisa memprediksi, Jika kita umpamakan, malam Lailatul Qadar bagaikan permata sangat indah yang tersimpan di tempat sangat tersembunyi. Semua orang menginginkannya, tetapi hanya bisa memprediksi keberadaannya. Rasullullah SAW memberi isyarat dalam sabdanya, “Carilah malam lailatul qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Tidak diketahuinya secara pasti kapan malam Lailatul Qadar memiliki hikmah tersendiri. Hal ini dapat memotivasi umat muslim untuk terus beribadah dengan tujuan mencari rahmat dan ridha Allah SWT, tanpa harus terpaku pada satu hari saja.
Jika tanggal pasti malam Lailatul Qadar diketahui, maka semua orang akan berlomba-lomba untuk beribadah hanya pada tanggal tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan pengabaian terhadap ibadah pada hari-hari berikutnya.
Dengan tidak diketahuinya tanggal pasti malam Lailatul Qadar, umat muslim diharapkan untuk terus beribadah dengan konsisten dan tidak hanya mengandalkan pada satu hari saja. Hal ini akan memperkuat keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Kehadiran malam lailatul qadar, sebagai wujud kecintaan Allah SWT. kepada umat baginda Rasulullah SAW. Allah SWT. telah beberapa kali menunjukkan rasa cinta kepada umat manusia, salah satunya dalam hadis yang disebutkan oleh Qudsi, “Wahai anak Adam, Aku sungguh mencintaimu maka demi hak-Ku di atasmu, maka jadilah engkau orang yang mencintaiku”.
Sama seperti kita mempunyai hubungan dengan kekasih, maka demikian pula hubungan kita dengan Allah, dimana terdapat yang mengasihi dan juga dikasihi. Oleh karena itu, untuk memperkuat rasa kasih dan cinta di dalam hubungan tersebut, diperlukan adanya “rayuan”.
Rayuan-rayuan yang kita tujukan kepada Allah dapat diinterpretasikan dalam bentuk ibadah, baik do’a maupun amal ibadah lainnya. Untuk merayu Allah di malam lailatul qadar, dipandang perlu untuk melakukan persiapan, hingga memaksimalkan amalan ibadah.
Pertama, Persiapan Diri, antara lain mensucikan diri dengan mandi wajib, memakai pakaian terbaik, mengharumkan diri dengan wewangian, mencari tempat yang tenang dan nyaman untuk beribadah. Secara logika, ketika kita ingin bertemu dengan pacar atau pejabat, kerabat kerja kita, kita pasti berusaha tampil rapi, menggunakan wewangian, dan bersolek tidak hanya sekali atau dua kali, bahkan kita memilih pakaian terbaik. Namun, ketika kita bertemu dengan Allah, Tuhan kita yang Maha Menghidupkan dan Maha Memberi kepada kita, kita justru cenderung tampil apa adanya.
Kedua, melaksanakan amalan ibadah penuh keikhlasan. Amalan ibadah tersebut antara lain, i’tikaf, mendirikan shalat malam, seperti shalat tarawih, tahajud, dan witir. Selain itu, memperbanyak membaca Al-Qur’an, menyebut nama-nama Allah SWT. (asmaul husna), berdzikir, berdoa dengan khusyuk dan penuh harap, memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah diperbuat, bersedakah dan melakukan amalan-amalan kebaikan lainnya.
Do’a sebagai salah satu cara merayu dan bermanja-manja dengan Allah SWT, untuk meraih kasih sayang, dan rahmat Allah, guna meraih keberkahan hidup. Doa terbaik kepada Allah SWT adalah doa yang tulus dan ikhlas, yang keluar dari hati yang paling dalam penuh keyakinan dan kekhusyukan. Doa tersebut haruslah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, dan tidak boleh mengandung kesyirikan atau kemusyrikan. Doa merupakan bagian penting dalam sholat. Doa dipanjatkan kepada Allah SWT untuk memohon berbagai hal, seperti ampunan, petunjuk, dan pertolongan.
Doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni” (Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku)
Untuk itu, malam Lailatul Qadar adalah kesempatan emas bagi umat Islam untuk meraih kebaikan, pahala dan ampunan dari Allah SWT. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan malam ini dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak do’a, ibadah dan amalan-amalan kebaikan lainnya.
Semoga Allah SWT memberikan kita kesempatan untuk bertemu dengan malam Lailatul Qadar dan menerima limpahan rahmat dan ampunan-Nya. Aamiin.
Penulis : Abdul Razaq, S.I.P., M.Si.
Koordinator GASA (Gerakan Aksi Sosial dan Keagamaan).