KORAN MERAPI – Gerakan Literasi #Selasasastra lahir 1 Februari 2014 dibidani Tedi Kusyairi yang disokong semangat oleh sastrawan Satmoko Budi Santoso dengan agenda lauching buku “Rahim Titipan” karya Satmoko serta dimeriahkan pembacaan karya sastra anak muda pecinta sastra di Bantul.
“Lantas kegiatan berlanjut muter dari kampung ke kampung, desa desa, sekolahan, kafe-kafe hingga ke berbagai komunitas dan terus bergulir hingga tak terasa sudah sepuluh tahun berjalan tanpa henti meski terhalang pandemi,” ucap Tedi pada acara Ulang Tahun ke 10 #Selasasastra yang dibingkai dalam Pagelaran Sastra dan Temu Sastra #1 selama 10 jam live streaming di Pendapa Manggala Parasamya II Kompleks Perkantoran Pemda Bantul, Kamis (1/2/2024) lalu.
Acara yang terkesan spetakuler dengan melibatkan ratusan seniman, penyair, panggurit dan sejumlah sastrawan kenamaan ini juga disokong oleh tidak kurang 50 komunitas sastra dan berbagai organisasi kepemudaan.
Mereka secara bergantian sesuai rundown tampil mengisi acara hingga tuntas pada pukul 21.00 malam.
Berbagai ketahanan atraksi seni seperti pertunjukan sastra baca puisi-geguritan, pembacaan cerpen-cerkak, pementasan penggalan naskah drama-novel, happening art, pertunjukan teater, musikalisasi dan lagu puisi.
“Tidak kurang lima puluh komunitas sastra dan organisasi kepemudaan yang memiliki interes bersastra sudah menyatakan bergabung untuk mengisi memeriahkan pagelaran ini,” ungkap Tedi yang tahun 2023 lalu mendapat penghargaan sebagai seniman-budayawan Bantul.
Pagelaran Sastra yang boleh dibilang sensasional ini menurut Tedi juga sebagai ungkapan rasa syukur atas penghargaan yang telah diterimanya.
Tampak hadir dalam rangkaian acara yang mengalir meriah ini sejumlah pejabat dari Kundha Kabudayan DIY, Kundha Kabudayan Bantul.
Kemudian sejumlah komunitas yang ikut tampil di antaranya Sanggar Bambu, Komunitas Sastra Magelangan, PSJB Paramarta, Paguyuban Teater Bantul, Sastra Alas Mentaok, Sastra Kla-X, Pemuda Sleman Bersastra, Gunungkidul Bersastra, Sastra Regas Kulonprogo, Sanggar Wiwitan, Sanggar Al Imdad, Pasbuja Khawi Merapi, Presaja, Kasuli, Teater Amarta, Sanggar Sastra Akar dan sederet komunitas sastra lainnya.
Tampak hadir juga sejumlah sastrawa, seniman dan penyair diantaranya Otok Bimo Sidharta, Dr. Nur Iswantara, Satmoko Budi Santoso, Daru Maheldaswara, Syamsu Setiaji, Bambang Nugroho, Ardini Pangastuti, Umi Kalsum, ns Untoro, Choen S, Tri Wahyuni, serta Ki Lutfi Caritagsma dengan menampilkan Wayang Gurit.
Dalam pandangan Ketua Paguyuban Teater Bantul Daru Maheldaswara, usia berkarya dalam kegiatan komunitas yang terus mengalir selama 10 tahun bertahan tanpa jeda adalah satu hal yang luar biasa.
“Terlebih upaya ini dilakukan dengan semangat kemandirian, Selasasastra sudah membuktikan dengan membangun jejaring ternyata mampu menghidupkan dan menyemarakan geliat sastra anak muda di Bantul meski dengan kemasan yang unik,” tutur Daru yang banyak terlibat dalam perkembangan teater di Yogyakarta.
Menurut Tedi, pagelaran Sastra ini juga sebagai ungkapan syukur telah berproses karya sastra selama 10 tahun berjalan yang membangun kehidupan jejaring sastra di kalangan anak muda di DIY.
“Ini juga menjadi awal atau launching pembukaan agenda sastra sambang komunitas sastra 2024 salah satu agenda Temu Karya Sastra Daulat Sastra Jogja yaini Workshop, lomba, pementasan dan sambang komunitas,” pungkas Tedi. *