KORAN MERAPI – Lebih dari sekadar garis lurus yang membentang di jantung kota, Sumbu Filosofi Yogyakarta memiliki makna filosofis mendalam yang mencerminkan harmonisasi kehidupan manusia. Di balik Tugu dan bangunan bersejarahnya, terukir kisah tentang keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama dan alam.
Simbol Keselarasan
Sumbu Filosofi, gagasan perencanaan tata ruang yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, menghubungkan Tugu Golong Gilig, ke selatan dengan Keraton Yogyakarta dan Panggung Krapyak. Ketiga titik ini melambangkan perjalanan hidup manusia berdasarkan konsep Sangkan Paraning Dumadi, filosofi Jawa tentang asal dan tujuan hidup.
Tugu Golong Gilig, menjulang putih di Utara, merepresentasikan alam semesta dan keberadaan manusia di dalamnya.
Keraton Yogyakarta, di tengah sumbu, melambangkan dunia mikrokosmos dan kehidupan manusia yang berproses menuju kesempurnaan.
Panggung Krapyak, di ujung Selatan, merupakan simbol alam baka dan kembalinya manusia kepada Sang Pencipta.
Menemukan Keseimbangan
Lebih dari sekadar simbol, Sumbu Filosofi merupakan panduan hidup bagi masyarakat Yogyakarta. Garis imajiner ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga keseimbangan dalam tiga aspek kehidupan:
Hablum minallah: Hubungan manusia dengan Tuhan. Diwujudkan melalui rasa syukur, ketaatan, dan menjalankan kewajiban agama.
Hablum minannas: Hubungan manusia dengan sesama. Diwujudkan melalui sikap saling menghormati, toleransi, dan gotong royong.
Hablum minalalam: Hubungan manusia dengan alam. Diwujudkan melalui menjaga kelestarian lingkungan dan hidup selaras dengan alam.
Warisan Budaya yang Mendunia
Keunikan dan nilai filosofis Sumbu Filosofi Yogyakarta telah diakui dunia. Pada tahun 2019, UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi sebagai Cagar Budaya Dunia. Penetapan ini menjadi bukti pengakuan internasional atas kekayaan budaya dan filosofi Yogyakarta yang mendalam.
Menjelajahi Sumbu Filosofi
Bagi pengunjung yang ingin merasakan langsung makna Sumbu Filosofi, dapat menjelajahi berbagai landmark di sepanjang garis imajiner ini. Dimulai dari Tugu Golong Gilig, pengunjung dapat menyusuri Jalan Malioboro yang ikonik, mengunjungi Keraton Yogyakarta yang megah, dan berakhir di Panggung Krapyak yang bersejarah.
Di sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhkan dengan berbagai pertunjukan seni budaya, kuliner khas Yogyakarta, dan keramahan penduduk lokal.
Sumbu Filosofi Yogyakarta bukan hanya sekedar tempat wisata, tetapi juga sebuah warisan budaya yang sarat makna. Memahami filosofinya dapat membantu kita menjalani hidup yang lebih harmonis dan selaras. (***)