KORAN MERAPI – Berikut ini, yang dapat dilakukan untuk mencapai maaf bukan sekedar maaf, yaitu :
Pertama : Introspeksi diri, yaitu penyadaran diri sebelum memaafkan orang lain, dengan terlebih dahulu mengintrospeksi diri. Sadarilah bahwa setiap orang memiliki kekurangan, dan dapat melakukan kesalahan, serta setiap orang memiliki potensi memaafkan kesalahan orang lain. Selain itu, penyadaran diri yang menyebabkan hubungan yang retak, terlukainya hati orang lain, karena ucapan dan tindakan kita.
Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 menjelaskan, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Kedua : Menerima kenyataan, yaitu dengan menerima kenyataan, bahwa telah terjadi hubungan yang kurang baik dengan orang lain, tanpa harus menyalahkan pihak lain. Kondisi ini, akan berpengaruh pada hubungan sosial di masa yang akan datang, yang sangat mungkin, akan menjadi sebab tersendatnya aliran rezeki pada kita. Untuk itu, berusahalah untuk fokus pada masa depan, dan bagaimana memperbaiki hubungan yang lebih baik.
Ketiga : Memaafkan dari hati, yaitu maafkanlah orang lain dengan tulus dan ikhlas, tanpa paksaan dan tanpa tapi. Lepaskan semua rasa dendam dan kebencian, karena menyadari dendam dan benci akan merugikan diri sendiri. Selain itu, Memberikan maaf kepada manusia, merupakan sikap terpuji yang dicintai Allah SWT. Sifat memaafkan adalah sifatnya para ahli surga dan pahalanya tidak terbatas. Maka jadilah kita semua menjadi pemaaf kepada sesama, sebagaimana ayat Al-Quran Surat Assyuara ayat 40, yang artinya : “Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah SWT.”.
Keempat : Berdoa kepada Allah SWT, yaitu memohon kepada Allah SWT. untuk memberikan kekuatan dan keikhlasan dalam proses memaafkan. Penyadaran diri, atas kemampuan memaafkan orang lain, bukanlah karena dirinya, namun karena dibisakan dan dimampukan Allah SWT. Laa ḥawla wa-laa quwwata ʾillaa bi-llaahil ʿaliyyil ʿadẓiim, artinya “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
Memahami, penyadaran diri dan menerapkan konsep maaf bukan sekedar maaf, yaitu maaf bukan sekedar tindakan eksternal yang terbatas pada permukaan, tetapi juga sebuah proses internal, yang melibatkan transformasi batiniah dan pertumbuhan spiritual. InsyaAllah kita dapat meraih ketenangan hati, menjalin hubungan yang lebih baik dengan sesama, dan semakin dekat dengan Allah SWT. Surat Al-A’raf [7]: ayat 199. “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”
Dengan riyadhoh mempraktikkan maaf secara istiqomah, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan sehat, meningkatkan kesejahteraan emosional, dan menciptakan lingkungan yang hangat dan harmonis di sekitar kita. (***)