KORAN MERAPI – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY secara rutin mengadakan Pentas Seni Desa Kalurahan/Kelurahan) Budaya dalam gelaran Selasa Wagen di Monumen Serangan Umum 1 Maret Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Mengawali kegiatan tersebut di tahun 2024, hiburan sekaligus sarana melestarikan kebudayaan DIY tersebut berlangsung pada Selasa Wage (27/2/2024) dengan 15 penampil desa budaya dan perform tamu dari mahasiswa Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya (AKN SBY).
Pentas Seni Desa (Kalurahan/Kelurahan) Budaya Selasa Wagen terselenggara dengan dukungan Dana Keistimewaan DIY. Dalam acara tersebut kegiatan Pentas Seni Desa (Kalurahan/Kelurahan) Budaya Selasa Wagen tahun 2024 dibuka secara resmi dengan pemotongan tumpeng oleh Drs.
Benny Suharsono, M.Si selaku Sekda DIY didampingi Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A.,Paniradya Pati Kaistimewan Aris Eko Nugroho, S.P., M.Si, Direktur AKN SBY Drs.Supadma, M.Hum, Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Muhammad Rosyid Ridlo, dan Erlina Hidayati Sumardi, S.IP., M.M. selaku Kepala DP3AP2.
Drs. Benny Suharsono, M.Si selaku Sekda DIY mengapresiasi upaya Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dan perwakilan Kalurahan/Kelurahan beserta seniman lokal lainnya yang telah bersedia untuk menghibur masyarakat maupun wisatawan.
Benny mengatakan Pemda DIY menjadikan desa sebagai basis keistimewaan DIY mengingat keistimewaan DIY bertumpu pada eksistensi desa. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui Desa Mandiri Budaya (DMB).
Visi DMB sendiri menurut Benny adalah desa atau kelurahan berdaulat, berintegrasi, dan inovatif dalam mengaktualisasikan nilai-nilai keistimewaan DIY melalui pendayagunaan segenap potensi sumber daya dengan melibatkan partisipasi warga dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
”Desa Budaya memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Dengan kekuatan budaya, desa budaya menyimpan daya tarik luar biasa. Apalagi budaya tidak dapat dipisahkan dengan pariwisata. Baik budaya maupun pariwisata harus berjalan beriringan dan saling bersinergi. untuk itulah Pentas Seni Desa (Kalurahan/Kelurahan) Budaya kali ini dapat menjadi momentum baik yang bukan dilihat dari sisi kepentingan seni dan hiburan saja, akan tetapi lebih jauh lagi yaitu bagi kepentingan promosi potensi unggulan desa budaya terkait.” Kata Benny.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A. dalam sambutannya berujar, dalam satu tahun anggaran terdapat 7 kali Pentas Seni Desa (Kalurahan/Kelurahan) Budaya yang diselenggarakan pada tanggal 27 Februari 2024, 6 Mei 2024, 11 Juni 2024, 16 Juli 2024, 20 Agustus, 24 September, 29 Oktober 2024.
Dian menyebut tema perdana Pentas Seni Desa (Kalurahan/Kelurahan) Budaya kali ini adalah Gumregah Jumangkah, merupakan satu istilah Jawa yang menjadi langkah semangat mengawali sebuah kegiatan untuk selalu berproses menuju tujuan yang telah ditetapkan selama satu tahun ke depan.
“Setiap bulannya kita akan menampilkan 15 desa, sehingga dalam satu tahun ada 7 kali pementasan, yang melibatkan 100 kalurahan kelurahan budaya. Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian pembinaan desa budaya. Tentu saja cukup banyak aktivitas yang menyertai termasuk gelar potensi UMKM dari kalurahan budaya pada setiap sesi Selasa Wagen seluruh potensi obyek kebudayaan, SDM dan lembaga pranata kalurahan budaya sesuai dengan jatah dan porsinya” kata Dian.
Dalam acara tersebut tampil pertama yakni mahasiswa Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta (AKN SBY) angkatan ke 10 dengan judul Sedasa.
Kemudian disusul penampilan 15 kalurahan/kelurahan budaya Trimurti Bantul dengan Progo Gumrincing yang mengangkat spirit Krincing, Bangunkerto Sleman dengan Pekbung Guyub Rukun, Jatimulyo Kulon Progo dengan Dolangguk merupakan kolaborasi tarian dolalak Purworejo dengan tarian angguk Kulon Progo.
Pentas dilanjutkan dari Bejiharjo Gunungkidul menampilkan musik kreasi arasemen serta tarian Kangen Jogja, Kalurahan Ambarketawang Sleman menampilkan Shimphony Ambarketawang, Kalurahan Girirejo Bantul menampilkan Jatilan Kreasi Turonggo Giri Sayekti, Muntuk Bantul dengan teatrikalisasi dolanan anak tradisional, Banyurejo Sleman menampilkan Kobrosiswo, Kepek Wonosari dengan Campursari Pandu Timur 86, Sriharjo Bantul menampilkan Blagethak Kedhaguk, Kaliagung Kulon Progo menampilkan Seni drama dan tari Ande-ande lumut, Beji Ngawen menampilkan Thek-thek, Giring Gunungkidul, Caturharjo Sleman dan Hargomulyo Kulon Progo.
Di sebelah sisi komplek Monumen Serangan Umum 1 Maret Museum Benteng Vredeburg disediakan Photo boot bagi pengunjung maupun penonton serta gelar potensi UMKM Kalurahan/Kelurahan Budaya, meliputi kuliner, produk kulit, kain batik ecoprint dan lainnya. Acara tersebut juga disaksikan oleh Tim Monev, Ketua Desa Budaya, pemerhati budaya dan
lurah Kelurahan/Kalurahan Budaya. (*)